Rabu, 06 April 2016

PERAN ORANGTUA MENUMBUHKAN KONSEP DIRI POSITIF PADA ANAK

PERAN ORANGTUA MENUMBUHKAN KONSEP DIRI POSITIF PADA ANAK
Oleh ibu Natalia, M.Psi (psikolog anak)
*PERAN ORANGTUA            
Orangtua adalah lingkungan sosial pertama anak. Orangtua, lebih dari siapapun, mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan konsep diri positif pada anak.
Orang tua yang memiliki konsep diri positif akan menampilkan tingkah laku yang menunjukkan rasa percaya diri dan memiliki pandangan yang optimis. Konsep dan sikap tersebut tersebut juga "ditularkan" kepada anaknya, baik melalui proses meniru ataupun melalui evaluasi yang diberikan orangtua terhadap perilaku anak. Orangtua dengan konsep diri positif, akan menunjukkan ekspresi rasa sayang dengan sering memeluk atau memberikan pujian terhadap setiap usaha dan keberhasilan anak.
*KONSEP DIRI POSITIF PADA ANAK
Anak yang memiliki konsep diri positif, dapat memandang, menilai dan memiliki persepsi yang positif mengenai dirinya. Konsep diri yang positif menurut Millie Ferrer dan Anne Fugate dalam karya ilmiahnya, “Helping Your School Age Child Develop a Healthy Self Concept”, formulasi dari perasaan nyaman terhadap diri sendiri, rasa diterima oleh lingkungan sekitar, dan rasa mampu melakukan sesuatu hal dengan baik. “Dia melihat dirinya sebagai orang yang dicintai dan berharga." Sebaliknya, anak yang memiliki konsep diri negatif, akan menunjukkan karakteristik sikap dan tingkah laku rendah diri. Hal ini dapat mengganggu penyesuaian diri anak di lingkungan sosial. “Anak bisa menarik diri, sulit berbaur dengan lingkungan sosial, tidak mandiri, sampai dapat menimbulkan perasaan terasing,” katanya. Misalnya, seorang anak mengajak temannya bermain, tetapi temannya tidak mau. Anak yang memiliki konsep diri yang positif akan berpikir, “Tidak apa-apa... Aku bermain dengan yang lain saja.” Sementara anak yang mempunyai konsep diri negatif mungkin akan berpikir sebaliknya, “Dia tidak suka padaku.” Konsep diri negatif,juga dapat mempengaruhi pencapaian prestasi akademis. Misalnya ketika anak mendapat nilai jelek, anak yang memiliki konsep diri positif, merasa terpacu untuk belajar lebih keras dan berusaha untuk mendapatkan nilai yang lebih baik pada ujian berikutnya. Berbeda dengan anak yang memiliki konsep diri negatif yang mudah putus asa, dan bahkan kemudian menganggap dirinya bodoh atau tak punya kemampuan untuk memperbaiki diri. Oleh karena itu jika orang tua sudah 'terlanjur' memiliki konsep diri yang negatif, sebaiknya orangtua menyadari kondisi dirinya dan berusaha menciptakan atmosfer yang kondusif bagi perkembangan anaknya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan evaluasi dan penilaian yang bersifat positif terhadap anak. Sebagai suatu proses, memang tidak mudah mengubah konsep diri yang sudah terbentuk. Namun tidak ada salahnya orangtua berusaha menggali berbagai potensi yang dimiliki, mengubah sikap pesimis menjadi optimis, serta bersikap lebih terbuka terhadap penilaian dari orang lain yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki diri.
* KESIMPULAN
Jadi hal penting yang harus dilakukan orangtua dgn anak special needs: salurkan emosi dgn benar,terima dan beri dukungan sesama anggota keluarga,lebih sabar,jgn mencemaskan hal2 yang belum terjadi,buat hidup lebih teratur,istirahat cukup,kompak dengan pasangan (pembagian tugas),banyak beri pujian pada anak,libatkan siblings dalam merawat atau melatih keterampilan sehari2, fokus pada kata2 positif dr lingkungan, usahakan selalu ada 'me time',terbuka pada masukan positif,jgn membanding2kan anak dgn kelebihan anak lain,dan terakhir jangan lupa tunjukkan SENYUM terbaik anda setiap hari di depan anak2.
Q & A session
Q : Anak saya bulan November nanti 2 thn. Kadang ya rebel gitu. Tantrum atau apalah, ada yang bilang kalau masuk terible two. Bagaimana mengatasinya ya?
A : usia 2 sampai 4 thn anak masuk tahap negativistik bu, jadi biasanya anak akan membantah apapun yg kita ucapkan. Saat anak rebel, orang tua diharapkan tetap tegas pada aturan. Tidak ya tidak. saat ini anak sedang dikenalkan pada aturan yang ada di sekelilingnya.
Jika dia tantrum dan kita turuti keinginannya, maka tantrumnya akan semakin berat
Saat tantrum, segera alihkan pada hal lain yg menarik bagi anak.
Q : Terkait dengan masalah penetapan aturan, bagaimana cara menyingkapi perbedaan budaya yang juga beda penetapan aturan? Agar anak juga tidak jadi bingung.
A : Sebelum menerapkan aturan, sebaiknya dibuat dulu kesepakatan antara suami dan istri, jadi jangan sampai ada 2 suara saat sudah berhadapan dengan anak
Q : Bagaimana cara yang baik dalam menghadapi anak yang tantrum?
A : Beberapa pasien yang saya terapi, saat mereka tantrum, hal yang paling cepat menenangkan mereka adalah musik atau bernyanyi, tapi kalau sudah mulai menyakiti diri sendiri, biasanya kita peluk anak dari belakang sambil memberi kata-kata yang menenangkan, setelah reda kita beri kegiatan lain yang dia suka.
Q : Kalau pada keluarga yang jarang ada kehadiran salah 1 ortu bagaimana yah? Misal sang ayah jarang hadir di rumah.
A : kalau sedang tidak ada pasangan (suami) diharapkan ada pihak lain yang membantu, karena kalau tidak ada bantuan sama sekali, stress pada ibu akan meningkat sehingga emosi seringkali tidal terkontrol, tapi kalau anak sudah lebih besar usianya, kita latih dia untuk lebih mandiri, misalnya ambil gelas sendiri, dengan demikian tugas ibu menjadi tidak terlalu berat.
Bantuan dari pihak luar sangat dibutuhkan, kalau tidak ada keluarga dekat, kita bisa pakai PRT harian untuk membantu tugas sehari-hari, jadi kita bisa lebih fokus pada anak.
Q : Bagaimana jika emosi sempat benar-benar tidak terkendali dan sudah terlanjur 'meledak'?
A : Jika saat itu sudah terlanjur 'meledak', sebaiknya setelah itu beri penjelasan pada anak, misal : maafin mama ya nak, tadi mama marah terlalu keras, mungkin karena mama cape sekali hari ini.(sambil peluk anak-anak)
Q : Anak saya tinggal di asrama. Dia selalu punya target dalam belajar padahal kondisi kesehatannya kurang memungkinkan. Bagaimana cara menasehati yang baik agar dia tidak demotivasi.
A : Mungkin ibu bisa kenalkan beberapa hobby baru pada anak ibu, sehingga dia tidak selalu fokus pada pelajaran, misalnya bidang musik atau olah raga, kedua bidang ini bisa membuat anak ibu lebih relaks.
Selain itu, sebaiknya anak sering diberi pujian untuk hal-hal kecil dan tidak terlalu mendapat banyak kritikan sehingga targetnya tidak terlalu tinggi.
Q : Anak saya pernah bilang bahwa dia sering ijin karena sakit. Katanya kalo dia tidak semangat belajar dia tidak punya hal yang bisa dia banggakan (menurutnya begitu). Apakah itu efek dari saya sebagai single parent?
A : Iya bu, anak-anak dari keluarga yang sudah berpisah biasanya memiliki konsep diri negatif, jadi sangat membutuhkan penjelasan dari kedua orangtua dengan cukup bijak, yang bisa menenangkan anak-anak.
Komunikasi antar orangtua juga sebaiknya tetap terjalin dengan baik. Setidaknya anak tahu bahwa orangtuanya tidak saling bermusuhan.
Q : Bagaimana jika orang terdekat seringkali melontarkan kata-kata negatif?
A : Kata-kata negatif dari lingkungan bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental keluarga, sebaiknya diberi pengertian agar selalu fokus pada hal-hal positif dalam diri anak dan mau bekerja sama untuk meningkatkan konsep diri positif pada anak
A : Saya sering dapat info jangan mennyebut anak dengan kata negatif, seperti kamu anak nakal, tapi saat emosi hal itu selalu tidak sengaja terlontar, apa yang seharusnya kami lakukan sebagai orangtua untu menunjukkan tindakan anak itu salah dan tidak boleh diulang lagi?
Q : Iya bu, saat emosi biasanya sulit mengontrol kata-kata tapi tetap tegaskan pada anak apa kesalahan dia dan kenapa orangtua sampai marah, lalu tanyakan kembali pada anak, apa sudah paham atau belum kesalahan dia di mana, dan tanyakan juga pada anak, seandainya dia mengulangi kembali, konsekuensi apa yang ingin dia terima dari orangtuanya, biasanya jika anak yang mengatakan konsekuensinya, anak akan lebih patuh dan tidak marah saat dia mendapat konsekuensi negatif itu, misal : iya ma, kalau aku nakal lagi aku gak akan nonton tv 1 hari.
Q : Terkait dengan konsep diri. Pada ABK kan rentan banget dibully, ini bagaimana mengatasinya? Apakah cukup dengan kita mengencourage si anak bahwa dia adalah diri yg positif? Atau ada cara lain? Kan kalau ortu cuma 2orang jika dibanding dengan lingkungan yang banyak itu bagaimana?
A : Untuk anak yang dibully, sebaiknya libatkan pihak lain misalnya guru untuk menjembatani antara anak dan teman-temannya, guru bisa meminta anak lain untuk membantu ABK untuk lebih berkembang di kelasnya misalnya jadi asisten guru cilik, ini sudah diterapkan di beberapa sekolah.
Untuk anak kita sebaiknya terus cari apa kelebihan yang dia miliki yang tidak dimiliki anak lain, dan buat dia bangga dengan kelebihannya itu.
Q : Bagaimana jika yang membully justru orang dekat,dewasa seperti misalnya eyang, om, tante, dsb?
A : Dua sosok terpenting dalam hidup anak adalah ayah dan ibunya, kepercayaan anak tercurah pada apa yang dikatakan oleh kedua orgtuanya. Jadi jika orangtuanya selalu positif, anak akan terbawa menjadi positif. apapun yang dikatakan oleh lingkungan biasanya tidak akan menusuk sedalam kalau orangtua yang mengatakan hal itu, jadi terus beri pujian, cari kelebihan anak, dan jangan lelah untuk berbicara pada eyangnya atau yang lain bahwa si kecil adalah hadiah terindah dari Tuhan.
Q : Bagaimana jika justru sang ayah yang membully si anak?
A : Terus dekati hati anak, beri pujian supaya dia lebih kuat menghadapi lingkungan yang negatif.
Ada salah satu pasien saya yang orangtuanya sangat positif, kemanapun mereka pergi anaknya selalu diajak (sekarang usia anaknya sudah 35 tahun). kepada siapapun mereka selalu menceritakan hal positif tentang anaknya, walaupun memiliki keterbatasan, tapi mimik wajah anaknya selalu happy dan tanpa beban.
Q : Apakah ABK secara psikologis lebih sensitif?
A : betul, memang lebih sensitif.
Q : Kata-kata positif yang benar itu seperti apa contohnya dan kata-kata apa yang harus dihindari untuk komunikasi dengan anak?
A : Contohnya :
- Kamu anak mama yang paling baik.
- Wah hebat anak mama bisa mandi sendiri?
- Terima kasih ya gelasnya sudah ditaruh di dapur.
Kata-kata yang harus dihindari adalah kata-kata negatif seperti :
- Koq gitu aja gak bisa sih?
- Koq lama sekali sih pakai bajunya?
- dll
Ke pihak luar juga bisa dikatakan :
- Anak saya hebat lho, tadi dia bisa buka kunci sendiri ( hal2 kecil apapun bisa diberikan pujian pada anak)
Q : Apakah selalu memberikan pujian akan berdampak buruk?
A : Aturan tetap harus diberikan dengan tegas, kalau salah harus diberi konsekuensi negatif ( misal ditarik hal-hal yang dia sukai), jadi tidak selalu diberikan pujian.
Untuk ABK yang memiliki banyak keterbatasan kata-kata positif sangat membantu mereka untuk survive karena lingkungan seringkali bersikap sangat negatif pada mereka, tapi tetap kita puji untuk hal-hal yang benar-benar mereka lakukan dengn baik, jadi tidak mengada-ada atau berlebihan.
Q : Bagaimana cara meningkatkan percaya diri sang kakak akibat kurang kasih sayang dan terkadang jadi sasaran pelepasan kemarahan ortu karen stress?
A : Coba kalau bisa malam ini bapak dan ibu renungkan kembali, apa saja yang sudah kurang terperhatikan dari si kakak, misalnya tentang kesenangan atau prestasi si kakak yang luput dari pujian. setelah itu berikan pada si kakak apa yang sudah terlewat itu, misalnya : kak, maaf ya ayah lupa, waktu itu kamu dapat nilai 90 ya ulangannya, makasih ya kak udah kasih yang terbaik untuk ayah dan ibu.
Kita harus dekati terus hati si kakak. kita masuk ke dunianya juga misal : wah kakak lagi main apa nih, ajarin ayah dong, keliatannya seru ya. setelah kita mendapat hatinya kembali, barulah kita libatkan sang kakak pada pengurusan adiknya.
Bagi tugas antara suami dan istri juga sangat penting. jadi saat ibu mengurus adik, ayah bisa menemani kakak bermain.
Untuk yang single parent, sebaiknya libatkan pihak lain untuk membantu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar