Pohon memiliki “ruh” meskipun dia tidak merasakan sakit karena tidak
memiliki sistem syaraf. Begitupun manusia yang memiliki ruh, hati, dan
pikiran. Adalah sebuah kebiasaan yang ditemukan di sekitar penduduk
kepulauan Solomon, yang terletak di Pasifik Selatan yaitu meneriaki pohon.
Pulau solomon memiliki banyak pulau pulau tetangga lainnya, Namun yang
terpadat ialah tepat di pulau solomonnya sendiri. Kisahnya pun tak
banyak muncul di media, padahal ada kisah menarik dari pulau solomon.
Sebuah kisah yang mungkin dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita
semuanya bangsa indonesia. Jadi di pulau solomon penduduknya ketika
hendak mau membuka lahan baru untuk bercocok tanam, Mereka punya cara
tersendiri untuk melakukannya. Pohon - pohon di hutan tidak lantas
mereka tebang begitu saja, Akan tetapi mereka mengelilingi pohon - pohon
itu sambil menyumpahi dengan kata - kata kutukan yang kasar lagi
menghina. Selang beberapa hari pohon - pohon itu layu dan akhirnya mati
dengan sendirinya.
Filosofi membuat pohon mati dengan meneriakinya ala pulau solomon
ini dapat juga terjadi pada seorang guru yang terlalu biasa meneriaki
siswanya dengan kata-kata “BODOH”, “LEMOT”, “IDIOT”, dan lain-lain.
Siswa kita memiliki hati dan pikiran yang mana ketika dia mendapatkan
ejekan dan teriakan negatif, maka hati dan pikiran akan meresponnya.
Mereka lambat laun akan memposisikan diri pada apa yang biasa dia
dengarkan. Mereka akan menjdai minder, kurang termotivasi, dan merasa
dirinya tidak bisa melakukan hal apapun. Hal ini akan membunuh
kreativitasnya, bahkan mimpi-mimpinya.
Every child is SPECIAL. Setiap anak terlahir dengan bakat
dan kemampuan masing-masing. Tugas guru adalah memukan bakat mereka dan
kembangkan potensi mereka. Arahkan dan motivasi mereka untuk meraih
mimpi-mimpinya. Schunk (2012) menyatakan bahwa siswa yang merasa percaya
diri untuk belajar dan berkinerja baik di sekolah mencari tantangan,
berusaha memelajari materi baru, dan bersikap gigih pada tugas yang
sulit. Siswa yang termotivasi belajar cenderung mengeluarkan lebih
banyak usaha mental selama berlangsungnya aktivitas belajar-mengajar
dan menggunakan berbagai strategi kognitif yang diyakininya akan
meningkatkan pemelajaran: mengorganisasikan dan menghafal informasi,
memotivator level pemahaman dan mengaitkan materi baru dengan
pengetahuan sebelumnya (Pintrich, 2003; Pintrich&De Groot, 1990
dalam Schunk, 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar