Selasa, 19 April 2016

Pelajaran Berharga Dari Pulau Solomon, Meneriaki Pohon, Mengutuk Pohon



        Pohon memiliki “ruh” meskipun dia tidak merasakan sakit karena tidak memiliki sistem syaraf. Begitupun manusia yang memiliki ruh, hati, dan pikiran. Adalah sebuah kebiasaan yang ditemukan di sekitar penduduk kepulauan Solomon, yang terletak di Pasifik Selatan yaitu meneriaki pohon.
         Pulau solomon memiliki banyak pulau pulau tetangga lainnya, Namun yang terpadat ialah tepat di pulau solomonnya sendiri. Kisahnya pun tak banyak muncul di media, padahal ada kisah menarik dari pulau solomon. Sebuah kisah yang mungkin dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita semuanya bangsa indonesia. Jadi di pulau solomon penduduknya ketika hendak mau membuka lahan baru untuk bercocok tanam, Mereka punya cara tersendiri untuk melakukannya. Pohon - pohon di hutan tidak lantas mereka tebang begitu saja, Akan tetapi mereka mengelilingi pohon - pohon itu sambil menyumpahi dengan kata - kata kutukan yang kasar lagi menghina. Selang beberapa hari pohon - pohon itu layu dan akhirnya mati dengan sendirinya.
        Filosofi membuat pohon mati dengan meneriakinya  ala pulau solomon ini dapat juga terjadi pada seorang guru yang terlalu biasa meneriaki siswanya dengan kata-kata “BODOH”, “LEMOT”, “IDIOT”, dan lain-lain. Siswa kita memiliki hati dan pikiran yang mana ketika dia mendapatkan ejekan dan teriakan negatif, maka hati dan pikiran akan meresponnya. Mereka lambat laun akan memposisikan diri pada apa yang biasa dia dengarkan. Mereka akan menjdai minder, kurang termotivasi, dan merasa dirinya tidak bisa melakukan hal apapun. Hal ini akan membunuh kreativitasnya, bahkan mimpi-mimpinya.
      Every child is SPECIAL. Setiap anak terlahir dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Tugas guru adalah memukan bakat mereka dan kembangkan potensi mereka. Arahkan dan motivasi mereka untuk meraih mimpi-mimpinya. Schunk (2012) menyatakan bahwa siswa yang merasa percaya diri untuk belajar dan berkinerja baik di sekolah mencari tantangan, berusaha memelajari materi baru, dan bersikap gigih pada tugas yang sulit. Siswa yang termotivasi belajar cenderung mengeluarkan lebih banyak usaha mental selama berlangsungnya aktivitas belajar-mengajar dan  menggunakan berbagai strategi kognitif yang diyakininya akan meningkatkan pemelajaran: mengorganisasikan dan menghafal informasi, memotivator level pemahaman dan mengaitkan materi baru dengan pengetahuan sebelumnya (Pintrich, 2003; Pintrich&De Groot, 1990 dalam Schunk, 2012).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar